Ilustrasi Jokotole saat menumbangkan Dempo Abang oleh Tamar Saraseh. (Foto/Istimewa) |
Ngoser.ID - Bagi masyarakat Sumenep, Jokotole bukan hanya dikenal
sebagai raja, namun juga legenda yang tak pernah kering diterpa kemarau
perubahan.
Lahir dari rahim putri mahkota Sumenep di abad 14 Masehi
(sesuai estimasi tahun yang tercatat di museum keraton Sumenep), namun
menjalani hidup sebagai orang biasa. Begitu lahir, menurut Babad Songennep
karya Raden Werdisastra (ditulis 1914 ), Jokotole langsung diasingkan.
Pasalnya, ia lahir tidak secara umumnya. Ibunya hamil tanpa suami “yang kasat
mata”. Konon, hal itu hasil dari perkawinan “mimpi”.
Werdisastra mengilustrasikannya secara apik dalam karya
monumentalnya tersebut. Saat Sang Pottre Koneng (Dewi Saini) bertemu
Pangeran Adipoday (anak Panembahan Blingi, Sepudi) di alam gaib. Keduanya menikah
dan lahirlah Jokotole beserta adiknya, Agus Wedi.
Jokotole lahir dengan membawa cahaya yang menyelimuti tubuhnya,
sesuatu yang diyakini di kalangan masyarakat tradisional sebagai pertanda akan
menjadi orang besar di kemudian hari. Sang ibu melahirkannya tanpa darah
(nifas). Dan saat tumbuh di pengasingan, Jokotole dikenal memiliki kajunilan
sejak kecil. Ia biasa memasukkan tangannya ke bara api, memijit-mijit besi yang
semestinya ditempa dengan alat pandi.
Ya, babad memang memiliki ciri khas yang tak sama dengan sistem
penulisan sejarah modern, yang menyandarkan pada tradisi kajian dan informasi
otentik sebagai sebuah disiplin ilmu tersendiri. Babad lebih menitikberatkan
pada sisi sastra, seni, sehingga lebih banyak menggambarkan tokoh utama dari sisi
mistik dan legenda. Di sana unsur tradisi lisan (folklore) begitu kuat
mengikat.
Kembali pada pribadi seorang Jokotole, menjalani hidup
seperti rakyat biasa tidak membuat Jokotole menjadi pribadi biasa, apalagi
biasa-biasa saja. Justru tempaan alam, mulai dari disusui oleh sapinya Empu
Kelleng, menempa besi untuk selanjutnya dibuat sebagai pekakas dapur dan
pertanian, hingga menciptakan senjata pusaka, membuat Jokotole menjelma menjadi
pribadi luar biasa.
Kisah hidup Jokotole dipenuhi dengan cerita kepahlawan.
Dimulai dari hadirnya Jokotole ke Majapahit untuk menyelamatkan ayah angkat dan
kawan-kawannya. Lalu dinikahkan dengan putri Raja yang menderita sakit tak
kunjung sembuh. Kehidupannya di Majapahit selalu diganggu oleh intrik
tokoh-tokoh antagonis seperti sang Patih yang pendengki. Semua dilalui Jokotole
dengan sabar, ikhlas, dan berakhir dengan kemenangan.
Begitu pula saat ia tiba di Sumenep, mendapat pengakuan dari
raja, yang sekaligus kakek dari pihak ibunya. Jokotole juga harus menghadapi
gangguan “preman” luar seperti Dempo Abang dengan perahu terbangnya. Ia hadapi
dengan senjata pecut sakti dan kendaraan tunggangannya berupa Kuda Terbang.
Keduanya adalah hadiah dari pamannya, Pangeran Adirasa. Dempo Abang pun
tumbang.
Jokotole selanjutnya tampil sebagai pahlawan sejati yang
selalu dielu-elukan warga Sumenep. Namanya pun harum hingga memenuhi Nusa Garam
dan bahkan keluar Madura. Sumenep menjadi kadipaten yang disegani kala itu.
Tak hanya sosok Jokotole, bahkan sang kuda juga begitu
terpatri dalam benak warga Madura Timur. Hingga di kemudian hari menjadi
lambang keraton Sumenep, dan berlanjut hingga saat ini dengan beberapa
perubahan.
Ng
3 Komentar
Woooww... Warbiasyaaach... Mator Sakalangkong... 👍🙋👌
BalasHapusDalam cerita babad sumenep banyak memasukkan cerita dongeng. Sama seperti cerita gatot kaca yg memindahkan gunung arjuna dari india kejawa,.. kesaktiannya melebihi karomah para wali.. dijaman sekarang sebenarnya kalau mau dibuktikan mudah aja.. Tes DNA antara jokotole dan adi podai dan putri kuning... sebenarnya banyak cerita2 dongeng dimadura ataupun dijawa...
BalasHapusDalam cerita babad sumenep banyak memasukkan cerita dongeng. Sama seperti cerita gatot kaca yg memindahkan gunung arjuna dari india kejawa,.. kesaktiannya melebihi karomah para wali.. dijaman sekarang sebenarnya kalau mau dibuktikan mudah aja.. Tes DNA antara jokotole dan adi podai dan putri kuning... sebenarnya banyak cerita2 dongeng dimadura ataupun dijawa...
BalasHapus