Iik Guno Sasmito, salah satu personel Ngoser di samping pusara Kiai Ragasuta di Desa Pragaan Laok, Kecamatan Pragaan, Sumenep. (Foto/Ngoser.ID) |
Ngoser.ID - Di dalam tulisan sebelumnya, sejarah nama Pragaan yang tidak
banyak orang tahu, erat kaitannya dengan salah satu tokoh Sumenep di abad 18
yang bernama Kiai Ragasuta.
“Menurut riwayat sesepuh di Sumenep, Kiai Ragasuta
merupakan cikal bakal nama Pragaan. Diambil dari panggilan Kiai Ragasuta, yaitu
Ke Raga (Kiai Raga; red),” kata Iik Guno Sasmito, salah satu personel Ngoser (Ngopi Sejarah) yang melakukan penelusuran lokasi makam Kiai Ragasuta.
Berkat kerjasama dengan Ja’far Shadiq, personel Ngoser lainnya, peristirahatan terakhir Kiai Ragasuta bisa ditemukan. Lokasinya di utara jalan raya Sumenep-Pamekasan, dan masuk kawasan Pragaan Laok.
“Posisinya sekitar 5 sampai 7 meter dari jalan raya. Makamnya masih original. Prasasti di nisan juga masih utuh. Hanya sayang kurang perawatan,” kata Ja'far Shadiq.
Berkat kerjasama dengan Ja’far Shadiq, personel Ngoser lainnya, peristirahatan terakhir Kiai Ragasuta bisa ditemukan. Lokasinya di utara jalan raya Sumenep-Pamekasan, dan masuk kawasan Pragaan Laok.
“Posisinya sekitar 5 sampai 7 meter dari jalan raya. Makamnya masih original. Prasasti di nisan juga masih utuh. Hanya sayang kurang perawatan,” kata Ja'far Shadiq.
Berdasar catatan keluarga K. R. Moh Ramli Sasmitokusumo,
salah satu keturunan Kiai Ragasuta di Sumenep, Kiai Ragasuta adalah putra Kiai
Mandiraga di Baragung, Sumenep. Dalam catatan itu, Kiai Mandiraga disebut
sebagai ulama keturunan Sunan Kudus, yang berasal dari Banten.
“Beliau didatangkan oleh Raja Sumenep untuk syi'ar Islam
dan diangkat sebagai Penghulu Keraton Sumenep,” kata Iik yang sekaligus cucu
Moh Ramli Sasmitokusumo.
Cerita tutur keluarga Sasmitokusumo, Kiai
Mandiraga ikut berperang di masa Pangeran Lolos alias Pangeran Cakranegara IV (memerintah 1737-1749 M) dalam
perebutan keraton Sumenep dari tangan Raden Buka, anak buah Raden Jurit alias Pangeran
Cakraningrat IV (memerintah 1718-1746 M) dari Madura Barat.
“Setelah perang tersebut, Kiai Mandiraga diangkat oleh Ratu
Tirtonegoro sebagai Kepala Wilayah Baragung,” tambah Iik.
Di catatan keluarga Sasmitokusumo, Kiai Mandiraga disebut
menikah dengan Nyai Guluk atau Nyai Gulung. Dari pernikahan itu lahir Kiai
Ragasuta dan Nyai Telleng.
Kiai Ragasuta diangkat sebagai Bendahara Keraton di masa
Panembahan Sumolo (memerintah 1762-1811 M). Tak berapa lama, oleh Panembahan
Sumolo, Kiai Ragasuta diangkat sebagai Kepala Wilayah Parenduan dan diberi
tanah mardikan (perdikan) di sana.
Nah, sejak saat itu, wilayah yang ditempati Kiai Ragasuta
itu dikenal dengan nama Pragaan. Seperti disebut di atas, diambil dari nama Ke Raga (Kiai Raga). Kiai Ragasuta
juga dikenal dengan nama Kiai Demang Pragaan. Sedang menurut Iik, di catatan
keluarga Sasmitokusumo dikenal juga dengan sebutan Pangeran Pragaan. Namun di
batu nisan tertulis Kiai Ragasuta.
Setelah Kiai Ragasuta wafat, posisinya digantikan oleh
anaknya yang di catatan Moh Ramli Sasmitokusumo bernama Kiai Moh Irsyad. Kiai
Irsyad ini bergelar Kiai Ragasuta II. Makam Kiai Ragasuta II berada di sekitar
komplek Asta Kiai Tumenggung Mangsupati, Patih Sumenep di masa Panembahan
Sumolo.
“Menurut riwayat tutur, Kiai Ragasuta II ini menikah
dengan keturunan Kiai Tumenggung Mangsupati,” tutup Iik.
Ng
0 Komentar