Ngoser.ID - Arosbaya merupakan wilayah penting di Bangkalan (dahulu Madura Barat) pada suatu masa. Wilayah ini juga banyak disebut dalam literatur tentang Madura awal.
Banyak tokoh-tokoh penting yang menjadikan
wilayah ini sebagai pusat atau dekat dengan pusat pemerintahannya.
Sebutannya juga dua versi. Arosbaya dan
Arisbaya. Lidah Madura menyebut Ros Baja (rosbaya) atau Res Baja (risbaya).
Lalu manakah yang benar atau lebih tepat?
Letak Geografis
Arosbaya saat ini secara administratif
resmi sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Bangkalan, Provinsi Jawa Timur.
Kecamatan Arosbaya berjarak sekitar 16 kilometer dari ibu kota Kabupaten
Bangkalan ke arah timur laut. Pusat pemerintahannya berada di Desa Arosbaya.
Saat ini tercatat 18 desa berada dalam wilayah
kecamatan Arosbaya. Kecamatan Arosbaya berbatasan dengan kecamatan Klampis
(utara), Geger (timur), Bangkalan dan Burneh (selatan), dan Laut Jawa (barat).
Di wilayah Arosbaya ini banyak
peninggalan-peninggalan bersejarah. Seperti situs Aermata, yaitu pasarean Rato
Ebu (Ratu Ibu) Syarifah Ambami dan raja-raja Bangkalan pasca Pangeran Adipati
Cakraningrat I, Seding Magiri.
Di sana juga ada situs Makam Agung. Yaitu
kompleks pasarean Raja-raja Bangkalan sejak Raden Pragalba (Pangeran Arosbaya),
putra Pangeran Demang Plakaran (Keraton Anyar, Arosbaya).
Asal usul
Dalam literatur kuna, disebutkan tentang
salah satu asal usul penyebutan Arosbaya. Salah satunya yang dikutip RTA
Zainalfattah Notoadikusumo dalam bukunya yang berjudul “Sedjarah Tjaranja
Pemerintahan DaerahDaerah di Kepulauan Madura dengan Hubungannja” (Pamekasan,
1951).
Di buku tersebut Kangjeng Sinal (sebutan
Zainalfattah) menyebut bahwa Arosbaya berasal dari dua kata, yaitu arus atau
aros, dan baya atau baja atau bahaya.
Di sini Zainalfattah terkesan mengoreksi
pelafalan atau sebutan sebagian orang tentang Arisbaya atau Res Baja.
Alasannya, atau pertimbangan yang digunakan
oleh Zainalfattah adalah letak geografis Arosbaya. Yang mana letak desa
Arosbaya berada di tepi laut, di pantai Utara Pulau Madura. Sehingga penyebutan
Arosbaya dinilai Zainalfattah lebih tepat.
Pasalnya, ada kata arus atau aros (Madura).
Sedang kata baya diambil dari baja atau bahaya atau babaja (Madura).
Meski demikian, Zainalfattah tidak lantas
menyalahkan dengan serta merta penyebutan Arisbaya atau Res Baja. Kendati di
kemudian hari memang nama Arosbaya dipilih sebagai nama resmi kecamatan saat
ini.
Sedang dalam sebuah sumber, disebutkan
bahwa nama Arisbaya lebih dulu dari pada Arosbaya. Sumber dalam wikipedia
tentang nama Arosbaya menyebut secara singkat.
Berikut kutipan aslinya: “asal mula Arosbaya
diceritakan bahwa pada masa pemerintahan Panembahan Ki Lemah Duwur raja islam
pertama di madura pada tahun 1531 – 1592. Arosbaya dulunya di berinama
aris-banggi (ada aturan), dan berubah menjadi aris beje, resbeje dan terakhir
arosbaya. kerajaan arosbaya pada masa pemerintahan Panembahan Lemah Duwur,
kerajaan Arosbaya telah meluaskan daerah kekuasaannya hingga ke seluruh Madura
barat (Kab.Bangkalan), termasuk Sampang dan Blega”.
Tokoh-tokoh Awal Arosbaya
Tidak ada keterangan yang pasti tentang siapa
tokoh awal di Arosbaya, khususnya yang memberi sebutan pertama di wilayah itu.
Sejarah Madura awal menyebut bahwa Arosbaya
sudah ada sejak Kamituwo Sampang Ario Pojok. Karena putra mahkota sang
kamituwo, yaitu Pangeran Demang mengembara ke barat dekat Arosbaya.
Pangeran Demang membangun pusat
pemerintahan di Plakaran. Keratonnya bernama Keraton Anyar.
Baru kemudian setelah Pangeran Demang,
salah satu putra yang menggantikannya menempati lokasi di Arosbaya. Putra yang
dimaksud ialah Raden Pragalba. Itulah sebabnya Pragalba juga dikenal dengan
gelar Pangeran Arosbaya. Selain gelar lainnya, Pangeran Onggu’.
Hingga beberapa generasi, Arosbaya menjadi
pusat pemerintahan trah Pragalba. Yaitu terus ke Raden Pratanu alias Panembahan
Lemah Duwur (1531-1592), lalu ke Raden Koro (1592-1624).
0 Komentar