Ilustrasi Pusaka Badik Raja Bone. (Sumber foto: akun youtube RXKings Park Nusantara) |
Ngoser.ID – Senjata
pusaka peninggalan Keraton Sumenep dikenal dengan jenis bahan utamanya, yakni
jenis besinya yang baik dan keindahan seninya yang tak kalah dengan pusaka
peninggalan Keraton di Jawa, khususnya Mataram.
Jenis pusaka Keraton atau yang biasa
disebut jenengan dalem juga diyakini memiliki nilai lebih dibanding pusaka
lainnya. Seperti pusaka Keraton Sumenep yang bernama Se Lobo’ misalnya. Konon
pusaka ini bernilai tukar pulau Kangean.
"Ada kisah turun-temurun mengenai hal
itu," kata salah satu pemerhati sejarah di Sumenep, R P Mohammad
Mangkuadiningrat, seperti yang dikutip ngoser.id.
Menurut Mohammad, pusaka Se Lobo’ berasal
dari ide, kreasi dan bahan milik Sultan Sumenep Abdurrahman Pakunataningrat.
Pusaka ini dibuat di Bone, Sulawesi. Sehingga bentuk atau model pusaka se Lobo' mirip dengan badik atau pisau, senjata khas Bone waktu itu. Pusaka ini memiliki
pamor tertentu dan beberapa tanda yang khas.
"Waktu pembuatannya ketika Sultan
berkunjung ke Bone. Kebetulan, salah satu isteri Sultan adalah putri Raja
Bone," kata Mohammad.
Baca juga: Peta Kekuasaan Sumenep Dalam Tiga Fase
Ketika Sultan kembali ke Sumenep, Se Lobo’ tertinggal
di Bone. Setelah sekian tahun, salah satu cucu Sultan dari putri sulungnya,
yakni Pangeran Adipati Suryokusumo alias Raden Banjir, bertolak ke Bone untuk
menjemput se Lobo’ atas izin Sultan Abdurrahman. Namun hal itu tidak mudah,
karena Raja Bone sendiri seperti keberatan melepas Se Lobo’.
"Akhirnya setelah melalui diskusi, Se
Lobo’ diserahkan pada Pangeran Suryokusumo. Namun Raja Bone mengajukan syarat
sebagai imbalannya," ujar Mohammad.
Syarat itu ialah agar Sumenep bersedia jika
salah satu pulaunya ditempati tahanan politik kerajaan Bone, dan pulau yang
dimaksud adalah kepulauan Kangean. Syarat tersebut diterima oleh Pangeran
Suryokusumo setelah mengirim utusan ke Sumenep, dan diizinkan oleh Sultan
Sumenep. Akhirnya Se Lobo’ diberikan dan dibawa pulang ke Sumenep.
"Mungkin sejak setelah itu, banyak warga
Sulawesi khususnya Bone yang ikut menetap dan merantau di Kangean, dan turun-temurun hingga saat
ini," tambah Mohammad.
Sementara pusaka Se Lobo’ sendiri
selanjutnya dipegang oleh Pangeran Suryokusumo. Setelah itu jatuh ke
keturunannya. Pada waktu terjadi clash dengan Belanda tahun 1947, menurut
Mohammad, Se Lobo’ dipegang oleh ayahnya, Mayor R A Mangkuadiningrat, Wakil Komandan
Resimen 35 Jokotole Madura.
"Kini pusaka Se Lobo’ berada di
keluarga kami, dan dirawat oleh salah satu anggota keluarga," tutup
pensiunan Dinas Sosial Sumenep ini.
(Tulisan ini pernah tayang di sumenepkab.go.id pada 24 Agustus
2015)
MC/Ng
0 Komentar