Ngoser.ID –
Di wilayah Kecamatan Dasuk, tepatnya di Desa Kerta Timur, jejak leluhur para
ulama kawasan pantura Sumenep masih bisa ditemukan. Kendati tidak banyak keterangan
yang bisa digali. Salah satu satunya peristirahatan terakhir alias makam Kiai
Khalid alias Agung Shaleh.
Dalam catatan silsilah di Sumenep, Kiai
Khalid (sebagian menulis Kiai Abdul Khaliq) disebut berdomisili di Takong,
Dasuk.
Saat ini Takong merupakan nama Kampung.
Makam Kiai Khalid ada di wilayah Kampung Takong Daja.
“Takong saat ini terbagi menjadi Takong
Daja dan Takong Lao’. Kalau Takong Daja masuk wilayah desa Kerta Timur,
Kecamatan Dasuk,” kata Syarif Hamid, warga Dasuk yang menjadi penunjuk jalan.
Makam Kiai Khalid tidak terawat. Lokasinya
juga berada di belakang rumah-rumah warga. Untuk mencapai makam, media ini
harus melewati sebuah gang sempit yang terputus.
“Di sekitar warga sini, beliau ini
dipanggil Agung Soleh. Tidak ada keturunannya di sini. Warga hanya tahunya
beliau masih kerabat kiai-kiai Parongpong,” kata Ahmad, seorang warga setempat.
Tak hanya makam Kiai Khalid, di sekitar
area tersebut masih dijumpai beberapa makam kuna dengan ornamen khas. Namun
sayang, semua nisan kuna di sana tidak disertai petunjuk berupa prasasti.
Sehingga sulit untuk mendeteksi.
“Orang-orang sekitar juga tahunya beliau
bersaudara dengan Kiai Morogan,” imbuh Ahmad.
Makam Kiai Morogan terletak sekitar 500
meter di timur Kiai Khalid. Makamnya malah baru sama sekali. Tidak tersisa
jejak situsnya. Di kijing ada tulisan latin, Kiai Ibrahim.
Baik Kiai Khalid atau Agung Shaleh, maupun
Kiai Morogan tidak menyisakan riwayat, meski secuil peri kehidupannya.
“Warga hanya tahu beliau masih berkerabat
dengan kiai-kiai Prongpong. Meski begitu, warga juga di waktu tertentu
menggelar pengajian dan doa bersama di sekitar Asta Agung Shaleh,” ungkap Ahmad.
Leluhur Kiai-kiai Sepuh Pasongsongan
Beberapa puluh tahun silam, tepatnya pada
putaran bulan kesembilan di tahun 1999, Asta Panaongan, di desa Panaongan,
Kecamatan Pasongsongan meramaikan dunia wisata religi di Sumenep. Pasalnya,
komplek pemakaman kuna itu terkubur dalam gunungan pasir selama waktu yang
relatif sangat lama.
Praktis semua informasi juga terkubur. Dan
mulai digali bersamaan dengan munculnya kembali kompleks pasarean kiai-kiai
besar di masanya itu.
“Panaongan dalam riwayatnya memang merupakan
asal-usul beberapa kiai-kiai di Ambunten dan Pasongsongan selama beberapa abad
terakhir,” kata Ahmad Nizar, mengutip keterangan ayahnya, almarhum Drs K.
Raheli, yang memiliki garis silsilah ke kiai-kiai di Pasongsongan.
Makam paling sepuh di Asta Panaongan itu
ialah makam Kiai Sholeh alias Kiai Abu Syukari. Sang kiai ini bersaudara dengan
Kiai Ali Akbar, salah satu kiai pembabat wilayah Pasongsongan.
Dalam beberapa catatan silsilah tokoh-tokoh
Sumenep awal, Kiai Abu Syukari salah satu tokoh yang makamnya ada di Asta
Panaongan, Pasongsongan, merupakan saudara kandung Kiai Ali Akbar alias Syaikh
Syamsul Arifin.
Kiai Ali Akbar juga dikenal sebagai leluhur
kiai-kiai di Ambunten, Pasongsongan, dan kiai-kiai di beberapa kawasan pesisir
Timur daya Sumenep. Seperti di Batuputih, dan lainnya.
“Sebagian keturunan Kiai Ali Akbar ini di
kemudian hari terjalin hubungan perkawinan lagi dengan keturunan Kiai Abu
Syukari,” kata R. Ja’far Shadiq, salah satu pemerhati nasab di Sumenep.
Kiai Abu Syukari, menurut salah satu
keturunannya, M. Ali Humaidi, dikenal dengan sebutan Kiai Kari.
“Keluarga kami memanggil beliau Ju’ Kari
(Buyut Kari; red),” kata salah satu dosen IAIN Pamekasan ini.
Sebutan Abu Syukari diperkirakan sebagai
kun-yah. Maknanya ayah dari seseorang bernama Syukari. Karena di sebagian
catatan memang ada nama lain beliau yakni Shaleh.
Kiai Abu Syukari maupun Kiai Ali Akbar
sama-sama putra dari Kiai Khalid, alias Buju’ Takong di atas.
Siapa sebenarnya Kiai Khalid? Di beberapa
catatan silsilah, seperti yang disusun Ahmad Irfan AW, Guluk-guluk, Kiai
Khalid disebut anak Kiai Talang Prongpong. Catatan Irfan sama dengan catatan
yang ditemukan di Lembung, Lenteng.
Catatan Lembung itu dipegang oleh anak cucu
Kiai Baroya di Lembung. Dari hasil penelusuran Ngoser.ID, nama Khalid di
catatan Lembung ditulis Abdul Khaliq. Dengan keterangan sama, yakni Buju’
Takong, Dasuk.
Catatan lainnya, yakni di Parongpong,
Dasuk. Catatan itu pernah dibacakan pada saat haul Kiai-kiai sepuh Prongpong.
Salah satu pemegang catatan itu ialah KH Abdul Qodir Jailani, Mambang, Rubaru.
Kiai Takong disebut anak Kiai Talang Prongpong.
Dalam catatan-catatan tersebut, Kiai Khalid
Takong bersaudara dengan Kiai Khatib Bangil (Prongpong). Sementara di buku Buku
Babad Songennp, Kiai Talang Prongpong juga disebut berputra Kiai Abdul Qidam
(Arsoji, Larangan, Pamekasan).
Ng
0 Komentar