Potret udara Kampung Paddusan, Sumenep. (Foto/ngoser)
Ngoser.ID –
Paddusan merupakan salah satu kampung bersejarah di Kabupaten Sumenep, Madura,
Jawa Timur. Dan bisa jadi merupakan satu-satunya kampung yang sarat nilai sejarah
di kawasan desa Bangkal, Kecamatan Kota Sumenep.
Disebut bersejarah, karena kampung itu
terkait dengan seorang tokoh bernama Sunan Paddusan. Sang Sunan ini merupakan
cucu menantu Joko Tole, Raja Sumenep di abad 15.
Sunan Paddusan juga merupakan cikal-bakal
kampung Paddusan. Menurut cerita turun-temurun, Sunan Paddusan adalah tokoh
penyebar agama Islam di kawasan tersebut. Mereka yang kemudian masuk Islam,
setelah berikrar, lantas edudus (dimandikan) oleh Sang Sunan. Sejak saat itu,
tempat adudus (memandikan) itu dikenal dengan Paddusan, yaitu dari kata
pa’addusan (tempat adudus).
Tak hanya dengan kampung Paddusan, Sunan
Paddusan juga terkait dengan asal-usul desa Parsanga. Untuk kepentingan adudus
(memandikan) itu sang Sunan membuat paregi atau sumur berjumlah sanga’ atau
sembilan. Dari dua kata itu lokasi sembilan sumur itu menjadi sebuah desa
bernama Parsanga, singkatan dari paregi sasanga’ (sembilan perigi atau sumur).
Pasarean Sunan Paddusan, di Desa Bangkal, Sumenep. (Foto/ngoser)
Asal-usul sang Sunan yang di sejarah
bernama asli Raden Bindara Diwiryapada ini masih terkait dengan tokoh-tokoh
wali sembilan atau Wali Sanga di bumi Jawadwipa. Dwiryapada adalah anak Haji
Utsman. Haji Utsman adalah salah satu putra Raja Pandita alias Sayyid Ali
Murtadla. Raja Pandita ini adalah saudara tua dari Kangjeng Suhunan Ampel, Imam
Wali Sanga.
Makam Sunan Paddusan hingga saat ini
keramat dan diziarahi banyak orang dari segenap penjuru. Makamnya berada satu
kompleks dengan Pangeran Seding Puri, salah satu raja Sumenep yang gugur dalam
perang Sumenep-Japan di abad 16. Seding Puri masih terhitung keponakan Sunan
Paddusan.
Selain Sunan Paddusan, tokoh lain yang
bernisbat pada Paddusan ialah Kiai Ubaidillah yang dikenal dengan Kiai Khatib
Paddusan. Istilah Khatib secara sempit mengacu pada pengkhotbah pada Shalat
Jumat atau shalat dua hari raya bagi umat Islam. Secara umum bermakna tokoh
alim yang menjadi jujukan umat di suatu tempat. Kiai Khatib Paddusan ini adalah
ayah Kiai Ali Barangbang.
Kiai Khatib Paddusan merupakan salah satu
dari tiga putra Pangeran Katandur (Sayyid Syaikh Ahmad Baidawi), seorang ulama
pendatang dari negeri Kudus yang ahli di bidang pertanian. Pangeran Katandur
juga menjadi cikal-bakal kerapan sapi yang menjadi ikon sekaligus maskot Pulau
Garam.
Di sisi lain, posisi Pangeran Katandur di
masa selanjutnya merupakan tokoh yang dikeramatkan, karena merupakan salah satu
leluhur ulama sekaligus umara di Sumenep. Beliau merupakan cikal-bakal
kiai-kiai sekaligus rato Sumenep yang dikenal bisa memadukan keilmuan,
kewaliyan, dan kekuasaan. Di kalangan ulama, salah satu keturunan Pangeran
Katandur yang paling menonjol ialah Kiai Ali Barangbang.
Jika ditarik ke atas lagi, Pangeran
Katandur adalah putra Panembahan Pakaos di Kudus. Sang Panembahan ini adalah
salah satu putra dari Kangjeng Suhunan Kudus alias Sayyid Ja’far Shadiq, salah
satu anggota Wali Sanga di tanah Jawa.
Makam Pangeran Katandur tidak jauh dari
kompleks makam Sunan Paddusan. Sementara makam Kiai Khatib Paddusan berada di
sebelah timur. Kurang lebih 1,5 kilometer dari makam Sunan Paddusan. Makam tokoh-tokoh
besar Sumenep di masanya itu hingga kini menjadi destinasi wisata religi di
Madura Timur.
Ng
0 Komentar