Potret lawas peresmian Bandara Trunojoyo oleh Gubernur Jatim Mohammad Noer. (Sumber Majalah Buana Edisi 1976/Perpusnas)
Ngoser.ID – Ramadan
1443 Hijriah memang telah berlalu dan berganti dengan meriahnya Syawal, namun
bagi warga muslim di seluruh dunia, salah satu hal yang paling diharapkan ialah
kembali bersua dengan bulan suci tersebut di tahun-tahun selanjutnya. Untuk tahun
ini, meski telah lewat, bulan Ramadan kemarin telah menjadi saksi sejarah bagi sebuah
peristiwa penting di kawasan Madura timur atau Sumenep.
Peristiwa tersebut terjadi tepat di sepuluh
hari terakhir bulan Ramadan kemarin. Waktu itu orang nomor satu di negeri ini
mendaratkan kakinya untuk yang ketiga kalinya di Bumi Arya Wiraraja. Ya, Presiden
Joko Widodo atau Jokowi berkenan datang kembali ke Sumenep dengan salah satu agenda
pentingnya, yaitu untuk meresmikan terminal baru Bandar Udara Trunojoyo.
Dalam sambutannya, Presiden Jokowi berharap dengan hadirnya bandara yang
meminjam nama salah satu Pahlawan Madura tersebut dapat membuka konektivitas
antar pulau di sekitar Madura serta dapat membuka peluang munculnya pusat-pusat
ekonomi baru.
Lalu bagaimana dengan sejarah adanya bandara
ini?
Berdirinya Bandara Trunojoyo di ujung timur
Madura sebenarnya tak lepas dari gagasan Abdul Karim, salah seorang pendiri
Flying School di Surabaya. Saat bertemu dengan Bupati Sumenep pada tahun
1975, ia memaparkan buah pikirannya itu terkait pentingnya membangun lapangan
terbang di Sumenep. Bak gayung bersambut, Bupati Soemar’oem merestui. Tak butuh
waktu lama, atas bantuan rekan-rekannya ia mencoba memulai merealisasikan
idenya.
Bapak Kawi dan Abdul Kadir menjadi orang
penting di balik berdirinya lapangan udara Trunojoyo. Noevil Delta dalam bukunya yang berjudul Sumenep
Menyimpan Segudang Cerita mengungkapkan, kala itu Bapak Kawi bertugas untuk
mempersiapkan lahan dan Abdul Kadir sebagai penyadang dana untuk pembangunan
landasan pacu.
Di masa masa awal pembangunannya, fasilitas
yang ada masih serba terbatas. Panjang
lintasan pesawat hanya berukuran 850
meter dengan lebar 23 meter. Meski demikian pembangunan awal lapangan terbang
satu-satunya di Pulau Madura itu terbilang sukses.
Terbukti beberapa saat setelah diresmikan
oleh Gubernur Jawa Timur, R. P. Mohammad Noer pada bulan Januari 1976, Maskapai
Merpati Nusantara Airline dapat mendarat dengan mulus di bandara Trunojoyo. Tak
hanya itu Tahun 1979 untuk pertama kalinya dalam sejarah Sumenep, 17 orang Calon
Jemaah Haji diberangkatkan dari bandara ini menuju Bandara Juanda Surabaya
sebelum akhirnya lepas landas ke tanah suci.
Sayang karena terbatasnya sumber daya
manusia di bidang aviasi dan minimnya fasiltas pendukung, lapangan terbang
tersebut hanya aktif dalam rentang waktu yang cukup singkat. Dari tahun 1980
hingga tahun 2010 bandara tersebut mati suri. Selama tiga puluh tahun nyaris
tak pernah ada aktifitas di lokasi tersebut. Hanya sesekali lokasi itu
disinggahi oleh pesawat udara berbaling-baling besar yang membawa rombongan
pejabat negara.
Reaktifitas Menuju Era Baru
Reformasi 1998 memberikan angin segar bagi
banyak pihak. Kebijakan pemerintah pusat yang memberikan keleluasaan bagi
daerah untuk mengatur pemerintahannya sendiri dimanfaatkan dengan baik oleh Pemkab
Sumenep. Aktivasi Bandara Trunojoyo
kembali diwacanakan. Respon positif dari masyarakat ditindaklajuti dengan
membangun kantor baru pada tahun 2001. Tujuannya tak lain untuk memantik
masuknya penerbangan perintis ke wilayah
Sumenep.
Namun usaha meyakinkan maskapai penerbangan
terbilang tak mudah. Selain itu segudang aturan terkait penerbangan menjadi
tantangan tersendiri. Meski pada tahun-tahun itu belum membuahkan hasil,
semangat menghidupkan transportasi udara di langit Sumenep tak pernah pudar.
Tahun 2007 dapat dikatakan sebagai titik
awal pembangunan bandara yang representatif. Melalui Badan Perencanaan Daerah,
pemerintah mulai merancang master plan pengembangan jangka panjang. Hingga
akhirnya sejak tahun 2008, pemerintah pusat
secara konsisten memberikan bantuan dana dan tenaga untuk mempercepat aktivasi bandara.
Usaha keras itu rupanya tak sia-sia. Sejak
tahun 2010, bandara yang belokasi di Marengan itu akhirnya dapat hidup kembali.
Pesawat latih dan beberapa pesawat komersil nasional kini dapat berlalu lalang
menghiasi bumantara Sumenep.
(tulisan ini bersumber dari situs
sumeneptempodulu.or.id dengan judul “Merentang sejarah panjang Bandara
Trunojoyo di ujung timur Pulau Madura”, dengan sedikit perubahan)
Faiq Stedu/Ng
0 Komentar