Mengintip Keris Panembahan Natakusuma di Negeri Kincir Angin

Potret Panembahan Mohammad Saleh Natakusuma (duduk di kursi), Adipati Sumenep 1854-1879. Gambar diambil oleh Fotografer Isidore van Kinsbergen pada 1865. (Sumber foto: collectie.wereldmuseum.nl)


Ngoser.ID – Keris merupakan warisan budaya tak benda di nusantara yang hingga kini tidak sepi dibincang. Terlebih di Sumenep, wilayah paling timur di nusa garam. Wilayah yang kini berpredikat Kota Keris sejak beberapa tahun lalu.

Seperti halnya bekas-bekas pemerintahan tempo dulu, khususnya di Madura dan Jawa, Sumenep memiliki ragam pusaka keris, yang diklasifikasi sesuai era, dapur, maupun tak terkecuali: tuahnya. Namun sebagian lebih menonjolkan sisi estetikanya atau seni yang meliputi keseluruhan keris atau sejenisnya.

Beberapa penguasa di Sumenep memang dikisahkan berperan dalam dinamika keris. Sejumlah nama yang tercatat, khususnya di dinasti terakhir, ialah Panembahan Natakusuma I, Natakusuma II (Pakunataningrat), dan Natakusuma III (Mohammad Saleh).

Potret Panembahan Natakusuma II alias Pakunataningrat, Adipati Sumenep 1811-1854, oleh Pierre Bodumont pada tahun 1825. (Sumber foto: collectie.wereldmuseum.nl)

Keris-keris yang relatif istimewa peninggalan tokoh-tokoh tersebut diklaim masih ada, tidak hanya di Sumenep dan sekitarnya, namun juga di negeri kincir angin atau Belanda. Seperti yang ada di tulisan ini, keris tanpa sarung milik Panembahan Natakusuma III.

Berdasar situs Wereld Museum atau Stichting Nationaal Museum van Wereldculturen en de Stichting Wereldmuseum Rotterdam (Yayasan Museum Nasional Kebudayaan Dunia dan Yayasan Wereldmuseum Rotterdam), terdapat sebilah keris yang teridenfikasi dari Keraton Sumenep. Keris tersebut mempunyai bilah lurus dengan pola atau pamor bulu ayam dengan hiasan daun emas.

Yang menarik, pada ujung atas bilahnya dihiasi di kedua sisinya dengan tulisan Arab berwarna emas. Di satu sisi tertulis "Nata Kusuma, Panembahan Sumenep", di sisi lain ada tanggal dalam kalender Islam: 30/9/1281, yang bertepatan dengan 26 Februari 1865. Era yang menunjukkan dalam masa pemerintahan Panembahan Mohammad Saleh Natakusuma III, putra sekaligus penerus Sultan Pakunataningrat, Adipati Sumenep sebelumnya yang begitu terkenal. Kemungkinan, keris tersebut diberikan kepada Sloet van de Beele, gubernur jenderal Hindia Belanda saat itu.

Keris Panembahan Natakusuma III yang tersimpan di negeri Belanda. (Sumber foto: collectie.wereldmuseum.nl)

Mendaknya atau beber menurut warga Sumenep, terbuat dari perak dan bertatahkan berlian. Gagangnya yang melengkung terbuat dari gading, dan sekaligus diukir atau dihias dengan hiasan bunga dan daun.

Meski dinyatakan hilang, gandar atau sarung keris tersebut dideskripsikan secara detil. Warangkanya disebut terbuat dari kayu bakar berwarna coklat muda. Sisi bukaannya dihiasi dengan torehan daun-daun melengkung. Sarungnya mempunyai penutup (pendok) berwarna emas yang memperlihatkan kayu di bagian depannya. Di bawah bukaannya dipasang cincin daun emas di sekeliling sarungnya dengan zamrud di tengahnya, dikelilingi oleh sekuntum bunga emas dan dua helai daun emas.

Ng

Posting Komentar

0 Komentar